Ketika Anda memutuskan untuk mempelajari SEO, ada banyak hal yang harus Anda ketahui baik secara konten hingga masalah teknis. Apalagi jika Anda telah membuat konten dengan maksimal, tetapi dari segi performanya kurang dan bisa jadi terdapat masalah teknis, seperti penggunaan schema markup yang kurang.
Tidak semua orang paham mengenai schema markup, terlebih lagi hal ini pada dasarnya membutuhkan coding. Namun jangan khawatir, Anda tetap bisa mengimplementasikannya meskipun Anda tidak mengetahui dunia coding.
Apa itu schema markup?
Schema markup (structured data) adalah kode yang digunakan untuk membantu search engine memahami isi konten yang ada pada website Anda dengan lebih jelas.
Konsep dasarnya seperti memberikan sedikit informasi tambahan kepada search engine untuk menampilkan konten Anda dalam hasil pencarian. Hal ini dapat mempermudah audiens menemukan apa yang mereka cari. Siapa tahu konten pada halaman website Anda adalah jawabannya, kan?
Pentingnya schema markup untuk SEO
Seberapa pentingkah kehadiran schema markup? Berikut ini alasan Anda harus menggunakannya:
1. Meningkatkan visibilitas dalam hasil pencarian
Schema markup memberikan informasi tambahan kepada search engine tentang konten di halaman Anda, seperti rich snippets, grafik, atau hasil penelusuran lainnya.
2. Meningkatkan CTR (Click-Through Rates)
Menambahkan schema markup pada konten bisa meningkatkan CTR, kok bisa?
Ketika Anda menggunakan schema markup, itu tandanya Anda mencantumkan informasi tambahan yang berguna oleh audiens. Dengan demikian bisa meningkatkan visibilitas yang akan mempengaruhi CTR. Tak menutup kemungkinan, klik dan impresi juga turut meningkat.
Jenis-jenis schema markup
Setelah mengetahui pentingnya menerapkan schema markup, selanjutnya Anda harus mengetahui jenis-jenisnya. Ada 32 jenis schema markup yang bisa Anda gunakan. Namun, tidak semuanya umum diterapkan pada konten. Berikut jenis yang sering digunakan:
1. Article
Digunakan untuk artikel berita, postingan blog, dan konten tertulis lainnya. Biasanya schema jenis article ditambahkan secara otomatis, alhasil Anda hanya menambahkan jenis schema yang sesuai dengan konten.
2. Local business
Memberikan informasi tentang bisnis lokal, termasuk nama, alamat, nomor telepon, dan jam operasional. Jenis schema ini cocok untuk Anda yang merupakan business owner dan Anda bisa menjadikannya sebagai upaya untuk memaksimalkan optimasi Google Business Profile.
3. Product
Tujuannya untuk menjelaskan suatu produk, termasuk nama, harga, dan ketersediaannya. Selain menggunakan Google Merchant Center, Anda sebaiknya juga menggunakan schema product untuk mengoptimalkan promosi produk Anda secara online.
4. Recipe
Khusus untuk resep, berikan detail seperti alat maupun bahan, waktu memasak, dan informasi nutrisi makanan.
5. FAQ page
Membantu menyusun pertanyaan umum (FAQ) pada halaman untuk visibilitas yang lebih baik. Jika Anda kebingungan untuk membuat pertanyaan untuk schema FAQ, Anda bisa memanfaatkan fitur “orang juga bertanya” (People Also Ask) di halaman hasil pencarian. Untuk jawabannya, pilih kalimat yang sesuai dengan pertanyaan tersebut.
6. Video
Tak hanya menggunakan plugin untuk menambahkan video, gunakan schema video untuk memberitahu search engine bahwa website Anda terdapat video. Schema ini umumnya terdiri dari hal-hal yang menjelaskan video, termasuk judul, deskripsi, durasinya, dan link thumbnail pada video.
7. Review
Berfokus pada ulasan dan rating. Schema ini memungkinkan mesin pencari menampilkan rating di hasil pencarian. Menggunakan schema review untuk produk atau jasa yang Anda tawarkan adalah pilihan yang tepat.
8. Event
Schema jenis event bertujuan untuk memberikan detail tentang acara mendatang, seperti tanggal, waktu, dan lokasi.
Penggunaan schema markup atau structured data harus bijak, meskipun Google tidak mempermasalahkan penggunaannya dalam jumlah banyak dalam satu konten.
Google menyarankan untuk menggunakan jenis schema yang sesuai dengan isi konten Anda. Jika tidak sesuai, schema tersebut tidak akan ditampilkan pada hasil pencarian dan dianggap menyesatkan audiens oleh Google.
Cara menerapkan schema markup dengan mudah
Dikutip dari Google Developers, ada 3 pilihan format yang bisa Anda pilih untuk menerapkan, seperti JSON-LD, Microdata, RDFa. Namun, penggunaan JSON-LD lebih direkomendasikan, mengapa demikian?
JSON-LD adalah format sederhana yang dapat dibaca manusia (human) dan mesin pencari serta mudah diimplementasikan oleh pemilik website. Berikut ini cara menerapkan format JSON-LD pada schema:
1. Buka website Schema Markup Generator
Menggunakan Schema Markup Generator untuk membuat code adalah pilihan yang mudah, apabila Anda adalah orang awam atau pemula yang ingin menerapkan schema pada website.
2. Tentukan jenis schema yang Anda butuhkan
Tentukan jenis konten yang ingin Anda buat schema-nya, seperti event, resep, atau video.
3. Isi data-data berdasarkan schema yang dipilih untuk konten Anda
Dengan mengisi data tersebut akan membantu search engine untuk menemukan konten Anda.
4. Validasi dengan menguji schema markup yang telah Anda buat
Anda bisa menggunakan Schema Validator atau Google Rich Result Test dengan memasukkan code schema. Jika error atau terdapat masalah, segera perbaiki menggunakan Schema Markup Generator.
5. Terapkan pada WordPress Anda apabila tidak terjadi error
Terapkan code schema tersebut pada bagian teks pada postingan artikel di WordPress.
Jika Anda tidak ingin repot-repot memasang schema markup secara manual menggunakan schema generator tersebut, Anda bisa menggunakan plugin, seperti Rank Math. Plugin WordPress ini akan memudahkan Anda untuk menggunakan schema.
Demikianlah penjelasan tentang schema markup beserta cara penerapannya dengan mudah. Yuk simak tips seputar digital marketing, termasuk SEO melalui blog KreasiAds!
Baca juga: SEO Forecasting: Pengertian dan Mengapa Ini Penting